JAKARTA, KOMPAS.com — Saksi mantan Kapolres Jakarta Selatan Williardi Wizard membuat heboh dalam sidang kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen di PN Jaksel, Selasa (10/11). Ia mengaku BAP pengakuan yang dia buat di BAP telah direncanakan oleh penyidik kepolisian dengan sasaran Antasari Azhar yang dalam sidang itu duduk sebagai terdakwa.
"Bahwa dalam berita acara itu. Pada pukul 12.00 malam lewat kami diperiksa dan didatangi Direktur Reserse Polda, Wadir, Kasat ada tiga orang. Ini demi Allah saya bersumpah bahwa perintah atasan, ini demi Allah saya bersumpah sasaran kami cuma Antasari," kata Williardi.
Kemudian ia melanjutkan. "Matinya lampu ini matinya saya. Waktu itu dikondisikan sasaran kita cuman Antasari. Disamakan dengan BAP Sigid, dibacakan kepada saya," ujar Williarda tanpa wajah takut.
Wiliiardi mengaku kaget ketika keesokan harinya ia dinyatakan terlibat dalam rencana pembunuhan Nasrudin dalam berita televisi. "Kalau bapak bisa buka SMS terakhir saya ke Direktur, minta klarifikasi soal itu. Saya tidak pernah melakukan ini," tutur Williardi kepada majelis hakim yang diketuai Herri Swantoro.
Mendengar kesaksian itu, Antasari tampak terharu. Matanya merah berkaca-kaca, kemudian ia mengelap dahinya dengan tisu dan minum air mineral.
Mempelajari setiap kasus yang berkaitan dengan KPK maka semakin teranglah bahwa pihak kepolisian RI memang sedang kebakaran jenggot, istilah kata kalau selama ini dalam tataran perangkat penegak hukum Aparta Kepolisian masuk sebagai salah satu superbody, semenjak adanya lembaga baru seperti KPK maka tugas kepolisian yang berhubungan dengan kasus basah jadi pekerjaan utama KPK. Tidak perlu orang pandai untuk dapat menebak apa alasan utama pihak kepolisian bisa bersitegang dengan KPK dimana kebanyakan personilnya datang justru dari pensiunan polisi. Seolah dengan gamblang semua orang menangkap, bahwa bila seorang polisi bila hendak menyelesaikan tugasnya maka mereka setelah pensiun harus berbakti di lembaga KPK agar lebih paripurna pengadian mereka. Saya pun berpendapat serupa.
Agaknya pihak kepolisian terutama mereka yang menjabat di polda metrojaya dan mabes polri berusaha untuk membuktikan diri tidak sedang berusaha mematikan langkah sesama mitra kerja peegak hukum. Hanya saja memang pamor KPK jauh lebih cemerlang dan berkilau terlalu indah di mata polisi dan termasuk aparat penegak hukum lainnya seperti pihak kejaksaaan. Nah yang sekarang jadi masalah adalah begitu kuatnya pencitraan buruk yang melekat di atas kinerja mereka yang selama ini memang dinilai buruk oleh publik terlebih ketika kasus Markus (Makelar Kasus) mencuat dan melesat ke langit media massa nusantara, Bisa Anda bayangkan kan, hampir setiap media menuliskan kasus-kasus yang berkaitan dengan perseteruan KPK, Kepolisian dan tentunya juga percakapan telepon Anggodo dengan beberapa tersangka kasus mega. Ini saja sebenarnya sudah cukup membuktikan bahwa aparat kepolisian kini sedang dalam masa kritis pencitraan dirinya. Akankah citra polsisi sebobrok seperti yang tampak di permukaan sekarang ini?
Pihak kepolisian pun segera membantah ucapan dan pengungkapan Williardi Wizard yang langsung dipublikasikan secara nasional melalui beberpa media televisi.
Mabes Polri membantah menekan Komisaris Besar Polisi Williardi Wizard dalam pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen dengan tersangka mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar. Bantahan itu disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Nanan Soekarna dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (11/11). Berikut bantahan selengkapnya.
Mabes Polri membantah menekan Komisaris Besar Polisi Williardi Wizard dalam pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen dengan tersangka...
Dari semua itu dapatlah diambil kesimpulan sementara bahwa memang ada konspirasi untuk rekayasa menjatuhkan Antasari Azhar dan juga pelemahan instansi KPK. Berikut petikan berita yang menggambarkan semua itu.
JAKARTA, KOMPAS.com — Dengan terkuaknya fakta hukum dari kesaksian Wiliardi Wizar di PN Jaksel bahwa pihak kepolisian merekayasa kasus mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar, hal ini justru makin membuat masalah hukum Indonesia makin runyam.
Buyung merasa perihatin dengan fakta yang terungkap dalam persidangan kasus Antasari dan fakta yang terungkap dari pengusutan Tim Delapan soal kasus Bibit dan Chandra selama ini. Kedua kasus tersebut terbukti tidak didukung bukti yang kuat. "Jadi ini makin runyam. Makin kentara bahwa ada sesuatu yang enggak beres di negara ini," kata Ketua Tim Delapan Adnan Buyung Nasution di Gedung Wantimpres, Jakarta, Rabu (11/11).
Sekarang sudah terkuak bahwa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk kasus Antasari telah direkayasa. Fakta tersebut juga menjadi keprihatinan bangsa Indonesia. "Jika pemeriksaan sudah bisa direkayasa, mau dibawa ke mana bangsa dan negara ini. Itu pertanyaan menggoda, yang membuat saya tidak bisa tidur. Mau dibawa ke mana ini semua," ungkapnya.
Adanya kesaksian Wiliardi Wizar yang sangat mencengangkan publik bisa memperkuat dugaan masyarakat selama ini bahwa ada pihak yang merekayasa untuk menghancurkan institusi KPK melalui kasus Bibit-Chandra dan kasus Antasari. "Nah tiga-tiganya kan tokoh KPK, jadi kalau kita lihat skenario ini, kalau ini benar, kalau benar ya, mudah-mudahan tidak benar, ada skenario rekayasa untuk menghancurkan atau mengkerdilkan atau meruntuhkan KPK," ujar Buyung.
Dari rangkaian ini, Antasari dijadikan target pertama rekayasa tersebut melalui kasus yang dituduhkan kepadanya, yakni otak intelektual pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen dan target selanjutnya yakni Bibit dan Chandra.
Meski ada korban yang bernama Nasrudin, Buyung masih bertanya-tanya, "Apa benar ada pembunuhan, apa benar Antasari yang membunuh, ataukah ini adalah sebuah jebakan dan skenario pihak tertentu."
Lalu bila ini memang benar adanya, maka sayapun menduga bahwa ada hal yang lebih besar lagi dari terungkapnya pernyataan heboh Williardi Wizard di pengadilan itu. Setidaknya pasti ini baru sebagian kecil dari banyak kasus pengkerdilan lembaga KPK yang memang semakin "beringas" dan "tegas" menghantam siapa saja tanpa kecuali (
JAKARTA, KOMPAS.com — Apollo Djara Bonga, kuasa hukum terdakwa mantan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Wiliardi Wizar, mengatakan, apa yang diungkapkan kliennya hanya sebagian kecil fakta mengenai penanganan kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen. Kliennya akan membuka fakta-fakta lain dalam sidang selanjutnya.
"Itu bagian kecil yang diungkapkan Wiliardi. Masih ada hal-hal lain yang belum diungkap seperti soal intimidasi. Itu akan diungkap di persidangan berikutnya," ucap dia di Mabes Polri, Rabu (11/11).
Apollo mengatakan, pihaknya akan meminta pengadilan menghadirkan nama-nama anggota Polri yang disebutkan oleh kliennya saat persidangan kemarin untuk dimintai keterangan. Mereka yang disebutkan yaitu Staf Ahli Kapolri Irjen Hadiatmoko dan Wakil Direktur Keamanan dan Kejahatan Transnasional Bareskrim Kombes Mohammad Iriawan.
"Jadi, kalau mau melakukan penegakan hukum dan menginformasikan tidak ada tekanan, harus ada kesediaan dan kesiapan moral saudara-saudara yang disebutkan untuk jadi saksi," jelas dia.
Seperti diberitakan, Wiliardi memberikan pernyataan menghebohkan saat persidangan kemarin. Dalam sidang, Williardi mengaku berita acara pemeriksaan (BAP) dirinya dikondisikan. Keterangan dalam BAP-nya disamakan dengan keterangan dalam BAP tersangka Sigid Haryo Wibisono untuk menjerat Antasari. Dia juga mengaku perubahan BAP itu atas perintah atasannya, yaitu Kapolri.
No comments:
Post a Comment