English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Informasi berita tentang kandidat caleg, pemilukada dan pilpres di Indonesia - Kontak Redaksi: (021)271.01.381 - (021)606.36235, Hotline: 08787.882.1248 - 081.385.386.583

Korupsi jangan dijadikan budaya! Pilih pemimpin yang cinta rakyat, bukan cinta kekuasaan! Bagian Iklan Hubungi (021)27101381 - 081385386583


Sunday, August 16, 2009

10 ALASAN TERORIS MEMILIH JATIASIH SEBAGAI MARKAS OPERASI


HASIL SURVEI pribadi DI DAERAH JATIASIH BEKASI
Berdasarkan pula atas saran gila dari sahabat saya Dian PP

Bekasi, Jatiasih - dobeldobel.com
Alasan pertama saya adalah: Walikota Bekasi yang sedang menjabat pada saat kejadian penggerebekan teroris di Jatiasih secara tidak langsung membiarkan masuknya orang-orang baru dari luar kota tanpa surat-surat lengkap dengan bebas tinggal menetap di Kota Bekasi. Padahal Kota Bekasi sebagai kota penyangga metropolitan ibukota negara yang kebetulan mempunyai akses ke mana saja, termasuk langsung ke kediaman Presiden SBY di Cikeas. Artinya kelalaian pimpinan puncak untuk tidak memperketat aturan kependudukan khususnya bagi para pendatang dan pemukim sementara memang bisa dikategorikan kesalahan FATAL.

Jadi wajar saja bila para teroris (saya juga perlu menambahkan para lelaki kaya atau pejabat kelebihan duit mau menyembunyikan istri muda simpanan) memilih Jatiasih sebagai tempat yang paling tepat karena kemudahan aksesnya dan kelonggaran peraturan kependudukan wilayah. Cukup hanya dengan KTP tanpa surat keterangan lain, seseorang bisa mengontrak atau mengekos di wilayah yang memang masih cukup sepi ini.

Alasan kedua menurut saya peribadi dan hasil survey di lapangan adalah kinerja aparat keamanan terkait yang masih terkesan belum inisiatif serta antisipatif melainkan masih sekadar reaktif dan responsif bila mendapat sinyal dari pusat saja. Cepatnya kinerja kepolisian di Resort Metro Kota Bekasi membuktikan itu, bahwa respons dan reaksi yang begitu cepat menggerebek teroris di Jatiasih dan tindakan pendukung yang mendahului maupun yang mengikuti kemudian memang sangat luar biasa. Tapi sampai kecolongannya wilayah kerja (yurisdiksi) Polres metro Bekasi dan juga Kodim 0705 tentunya menunjukkan kegiatan intelijen berkesan tidak bersifat antisipasif atau represif sama sekali. Hehehehehe ini sih masih teori saya, tapi kenyataannya kayaknya nggak jauh beda. Kalau saya nanti dipanggil pihak aparat yang terkait dengan tulisan ini, saya akan tetap mengatakan dan menjelaskan hal yang sama seperti tulisan ini diterbitkan.

Intinya adalah, kalau saya jadi KANDIDAT teroris, maka akan sangat senang sekali masuk ke wilayah Bekasi, karena sepertinya suasana kondusif buat mencari tempat bersembunyi dan melakukan kegiatan rahasia masih bisa dilakukan di Bekasi, khususnya Jatiasih yang punya akses luas sekaligus masih belum padat penduduk.

Saya teringat dengan seorang teman saya dari intelijen KODIM dan BIN yang mengatakan bahwa pemetaan TKP kriminalitas di kepolisian maupun Kodim hingga tingkat terendah (Polpos dan Koramil) bisa sebagai acuan sementara untuk menentukan arah angin kecenderungan kegiatan-kegiatan terselubung segala bentuk. Data statistik dan pemetaan kejadian istimewa kriminalitas serta sosial politik kadang jadi bahan rujukan pra-intelijen yang ampuh. Dan hal ini ditengarai memang tidak disikapi secara lebih teliti oleh aparat dimaksud.

Kegiatan sosial keagamaan di wilayah Jatiasih masih sangat minim kalau nggak mau dibilang nyaris hampir nggak ada. Terbukti saat saya mewawancarai salah seorang penanggung jawab usaha resto yang ada di Jatiasih mengatakan, kegiatan sosial di bulan puasa sepertinya dia pesimis bisa ikut mensponsori dan berpartisipasi meramaikan. Karena berdasarkan pengalamannya selama beberapa tahun terakhir bahwa kegiatan sosial keagamaan yang serupa jarang berjalan dan jarang pula yang mau mensponsori. Karena Jatiasih, sekali lagi memang masih sepi bak tempat jin buang anak (walaupun kini sudah kian ramai komplek perumahan penduduk, tapi masih jauh dari cukup).

Alasan berikutnya kenapa para teroris (dan saya mau menambahkan lagi, para penjahat kelamin yang berkantong tebal) memilih Jatiasih sebagai basecamp mereka adalah pembangunan infrastruktur yang masih belum merata di semua wilayah Kota Bekasi, bahkan cenderung timpang dan tampak sarat dengan kolusi. Di satu daerah begitu modern pembangunannya dan terlalu lengkap, di lain tempat begitu terbelakang dan terabaikan (neglected) yang sepertinya kok kayak nggak tersentuh modernisasi. Ah kayaknya seh nggak begitu juga, setelah saya perhatikan lebih dalam, tapi coba Anda bayangkan perbedaan (baca: gap) antara dua wilayah yang begitu berdekatan seperti KEMANG PRATAMA dan TPA BANTAR GEBANG. Kok bisa ya begitu itu terjadi di kota Bekasi yang terkenal sebagai Kota Ihsan itu? Kenapa Hayo?????

Ya itu lagi, gara-gara pemimpin tertingginya yang lalai memperhatikan secara serius pembangunan kota Bekasi secara komprehensif dan terpadu (integral). Lebih tepatnya, saya bilang KURANG SERIUS dari pada nggak ada perhatiannya sama sekali. Karena setahu saya, sang pemimpin Kota Bekasi masih sering memperhatikan PROYEK-PROYEK yang berkaitan dengan TPA Bantargebang.... (lagian sapa yang nggak tertarik proyek Bung? Hahahahaha)

tulisan berikutnya dilanjutkan.....
Sidik Kelana Rizal

No comments:

Post a Comment

Kontak XAMthone Plus Bekasi (021)606.36235 - 081.385.386.583

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ChatBox

Popular Posts