Konversi Sinetron HAREEM jadi INAYAH
Mengundang Kontroversi, LAGI?
Indonesia, dobeldobel.com
Setelah sebelumnya sinetron HARREM dikritik abis oleh beberapa pemuka agama dan umat Islam karena menggunakan istilah (terminologi) Islam dalam penggambaran tokoh antagonis seorang laki-laki kaya pelaku poligami dengan menyebut panggilan "Abi" yang kemudian dihentikan karena dapat teguran keras dari KPI (Komisi Pertelevisian Indonesia). Tokoh antagonis yang super "kemaruk" sama kawin lagi dan kawin lagi... alias banyak-banyakin bini, digambarkan begitu hitam putih, kayak nggak ada baik-baiknya ini sangat mengundang ketersinggungan emosi kaum muslim, karena istilah ABI (diperankan penuh ekspresi oleh Teddy Syach) adalah istilah yang dipake kaum muslim (khususnya yang populer sekarang ini) untuk pangg(atau tidak) ingin menggambarkan ke dalam benak penonton inilah perwajahan poligami di kalangan umat Islam. Apalagi tokoh antagonis yang super jahat, dan protagonis yang super lemah, tak berdaya (super sabar) sekaligus pasrah total abis. Dan ini kan sama aja dengan memberikan pembodohan bahwa orang baik itu harus diam tak berdaya, biar waktu yang akan menghukum "habis/mati" pelaku jahat. Sungguh imbisil "penulis cerita", Produser dan Sutradara serta Pencipta Ide sinetron "paling katrok se Indonesia.
Dan karena menuai kritik yang begitu gencar, akhirnya penayangan sinetron itu berganti rupa namun dalam format pemain sinteron (peran tokoh) yang tidak berubah banyak. Dan kali ini, saya juga melihat panggilan buat sang bapak yang dulu sangat mengusik perasaan beberapa muslim yang menggunakan kata Abi dan Ummi dalam keluarganya (termasuk saya dan keluarga besar saya -- sampe anak saya yang SD saja tahu kalo penggambaran poligami begitu menyeramkan buat dia, dan dia begitu enggannya abinya akan seperti yang di sinetron HAREEM -- Halah!) Kini panggilan diganti dengan kata ROMO (panggilan bapak dalam bahasa Jawa) yang juga diperankan kembali oleh Teddy Syach.
Akan tetapi, kembali sang produser di Soraya Intercine Film tidak mencermati atau memang sengaja "lalai" dengan kebiasaan atau budaya lokal. Bagaimana tidak, istilah Romo sendiri yang dalam bahasa Jawa artinya Bapak (sama seperti Abi dalam bahasa Arab), sebenarnya lebih sering dipakai oleh umat Kristiani/Nasrani (khususnya Katholik) untuk panggilan tokoh pemuka agama (Pendeta). Memang judul film telah berubah dari HAREEM jadi INAYAH (masih dalam bahasa Arab). Belum lagi dari konversi pakaian yang semula dalam HAREEM umumnya sang istri dan suami ber-ghamis ria, kemudian dalam Inayah berganti rupa pakaiannya bukan lagi mengenakan ghamis dan jilbab. Tapi penokohan INAYAH diperankan oleh Sandy Auliya (yang notabene non-muslim) juga menimbulkan beberapa kritik pedas beberapa pengamat sinetron.
Memang seh, tokoh antagonis digambarkan bernama SARAH (diperankan Razz Florean, bintang sinetron anyar) yang berkebangsaan India (bisa dilihat kan sewaktu pesta pernikahan Romo dengan Sarah dengan pesta ala India (makan suap-suapan roti Cane -- halah nggak ngefek banget!).
Kenapa coba...? Kalau kita mau telusuri lebih dalam, tokoh antagonis SARAH (yang digambarkan buwener-bener juahat - en gak da baeknya pisan -- typically Indonesian movie/secara film sinetron kita begete). Padahal kan nama Sarah adalah nama tokoh perempuan salah satu istri nabi Ibrahim a.s. (dan tokoh ini sangat dimuliakan oleh umat Islam, Kristen dan Katholik). Karena dalam pandangan umat beragama samawi (langit), nama Sarah adalah nama ibunda nabi Ishak a.s., yang merupakan cikal bakal bapaknya kaum bani Israil (Israel) setelah mempunyai anak nabi Yakub a.s. Dan ini merupakan silsilah langsung ke nabi Isa a.s. (Yesus Kristus, versi Kristen dan Katholik)
Jelas bahwa produser film sinetron INAYAH memang hanya berorientasi pada profit (uang semata) tanpa memperhitungkan dampak ketersinggungan SARA. Apa karena kedangkalan ilmu dan pemahaman agama, atau memang karena "kesengajaan" ingin memprovokasi para audiens penontonnya. Bila ini alasannya maka perang ideologi sedang dilakukan oleh insan perfilman yang umumnya datang dari negeri Bollywood ini.
Negara kita adalah negara kesatuan yang terdiri dari beragam agama, suku, etnis dan bahasa. Jadi sekiranya insan perfilman (khususnya produser sinetron) agar mau memperhatikan aspek dampak tayangan film yang mereka buat langsung maupun tidak kepada masyarakat yang sangat heterogen ini. Kalau dia mau mencermati dan memperhatikan lebih hati-hati dan mengambil penulis atau ide cerita yang baik, maka ambillah contoh yang telah dilakukan oleh Punjabi group dengan film Ayat-ayat Cinta. (Walaupun di satu sisi saya juga tahu masih banyak film produksi Punjabi Group yang sangat "profit oriented" - "nggak mikir style" - "ngebodohin orang MODE ON" - dan lain istilah yang maksudnya adalah "nggak mutu" untuk disejajarkan dengan filmnya Deddy Mizwar, seperti "Kiamat Sudah Dekat" atau "Para Pencari Tuhan".
Intinya adalah, produser sinetron INAYAH pasti akan menuai badai yang sama dengan digugat atau dikritik oleh umat agama Katholik atau Kristen, seperti halnya sinetronnya HAREEM yang dihujat dan dikritik oleh umat Islam. Maka saya pun meminta agar Komisi Pertelevisian Indonesia (KPI) agar kembali memberikan teguran atau mencabut film Inayah dari tayangan Indosiar Visual Mandiri.
Untuk itu sebaiknya sang produser Soraya intercine Film mencoba untuk membuat sebuah film yang realistis dan mengajak penonton untuk jauh lebih bijak atau pandai dan tidak menimbulkan kebencian pada kelompok atau etnis atau agama tertentu. Sinetron yang arif dan bijak adalah sinetron yang cerdas dan mencerahkan.
Saya jadi ingat kata-kata teman dan guru saya sekaligus, Riza Pahlawan (mantan News Reader TVRI yang kini jadi dosen di sebuah kampus ilmu komunikasi dan broadcasting), bahwa hendaknyalah tontonan itu bisa dikategorikan sebagai sesuatu yang mencerahkan. Karena sekarang ini orang menonton televisi karena beberapa alasan, yakni "Killing Time", "Filling Time" dan "Spending Time".
Untuk tontonan yang bisa memberikan manfaat keilmuan, memberikan pencerahan, menambah pemahaman maka tonotnan itu bisa jadi masuk kategori "Spending Time" (Menghabiskan Waktu). Saya bersedia menyediakan waktu saya untuk saya habiskan demi tontonan yang amat berguna bagi saya.
Lalu, kalo tontonan yang sekadar informasi dan hiburan (mungkin infotainment atau informasi berita biasa) bisa dikategorikan sebagai "Filling Time" atau tontonan yang audiensnya bisa "mengisi waktu" jauh lebih bermanfaat saat bersamaan melakukan kegiatan lain yang bersamaan.
Nah celakanya adalah tontonan yang masuk kategori "Killing Time" dimana karena ketiadaan kerja atau kesibukan maka untuk membunuh waktu yang ada, maka menonton film atau sinetron adalah pilihan umum. Jadi bila sinetron sekelas INAYAH atau HAREEM (dan film sinetron sejenis yang sekarang ini lebih banyak pada jam tayang prima) dimasukkan dalam kategori untuk Killing Time (membunuh atau membuang waktu) maka tunggulah saatnya isi tontonan itu terakumulasi dalam memori otak kita dan meledak dalam bom waktu "Time To Kill".
Mengerti kan maksud saya... salahnya kita dalam membunuh waktu "To Kill Time" maka tunggulah saatnya otak kita untuk berubah jadi "Waktunya Membunuh" (Time to Kill). (hu'uh serem buanget...!)
Sidik Rizal
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ChatBox
Popular Posts
-
1. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 1 Ir. Samuel Koto (Padang Panjang, 5 Juli 1956)(L)(Jakarta Selatan) -Ketua DPP Partai Hanura -salah se...
-
Gue mau tanya. Ketika gagal, biasanya kita suka cari kambing hitam bukan? Nah, yang gue tanyain, kenapa mesti kambing? Dan kenapa mesti ...
Mungkin kita jgn hanya memandang dari sisi negatifnya saja, coba lihat sisi positifnya.
ReplyDeleteKejadian2 Sinetron ini pasti pernah terjadi dlm kehidupan manusia wlpn gak persis2 bgt sih. Walau terlihat konyol kita ambil pesan yg disampaikan saja, maksudnya apa.. Misal kejahatan2 yg dilakukan si antagonis kan perlahan dpt hukumannya. Ami sarah yg dgn mudahnya berbohong menggunakan SUMPAH, itu akhirnya dpt hukuman dari Allah SWT.Apapun bentuknya, yg pasti hukuman / adzab. Wa Allahu alam. Kita bs lihat kehidupan nyata di luar sinetron, buanyak bgt kan org berbohong tp andalkan kata2 SUMPAH utk menutupi kebohongannya tanpa memikirkan dampaknya di dunia/akhirat. Dominan org2 tak beriman pastinya yg ga tkt dosa n azab seperti ami sarah, revi, dsb. Dari situ kita bs lihat ajaran / contoh kpd org2 spti mereka. sekedar mengingatkan akan azab itu ada di dunia/akhirat. Selain itu qta jg bs lihat kehidupan poligami (istri byk menyatu) tdk mungkin bs hdp rukun damai semuanya,pasti ada permusuhan di antara mereka. Itu riiiil...! Jd biar org (para laki2) buka mata, Poligami dampaknya akan sprti apa utk kehidupan dunia atau Rumah tangga?? Scara kita semua kan manusia...bukan nabi Muhammad SAW, yg punya sifat2 terpuji n baik. Dan bukan krn nafsu menikahi byk wanita. Saya rasa masyarakat yg poligami pada umumnya sprti Ndoro Doso tdk sprti nabi Muhammad SAW motifnya. Jd jgn suka alasan Sunah Rasul deh motif menikahi bbrp wanita. Munafik namanya...! Jadi terbukti kan sinetron inayah itu memang menggambarkan khdpn sehari2. Cerita pembunuhan yg dilakukan antagonis memang ada di dunia nyata, byk org menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan HARTA..apalg warisan besar... Itu sekedar utk buka mata bagi org yg blm tahu kejamnya kehidupan dunia. Klo adegannya berlebihan ya namanya juga sinetron / film kan biar seru.. Secara buuaanyak bgt gtu loh sinetron / film yg sangat tdk mendidik / tdk msk di akal tp knp tdk dihujat? kok inayah kayaknya pd menghujat sih? apa krn ratingnya tinggi, jd byk yg sirik x ya...? Klo ada kesamaan nama tokoh itu mah biasa x tanpa disengaja. namanya jg film/sinetron. Ga usah dikaitkan ke sejarah siapalah..
Maaf lho sy bukannya membela sutradara inayah / produser/pihak terkait, sy hanya memberikan pandangan positif kpd masyarakat yg hanya tahu sisi negatifnya saja. Karena saya penonton setia Inayah dari mulai Judul Hareem.
Mohon maaf bagi yg tdk sependapat dgn saya..
Thx.
wah,, saya kurang setuju dengan opini penulis.
ReplyDeleteAnda mengatakan bahwa Sinetron Inayah mengumbar unsur SARA misalnya pada penggunaan nama pemainnya.
Saya ambil contoh pada pemain bernama Sarah yang anda sebut sebagai nama salah satu istri Nabi Ibrahim a.s. Anda memaparkan bahwa penggunaan nama Sarah ini dapat memicu konflik SARA antar pemeluk agama.
Sayang sekali anda melihat sinetron Indonesia dalam konteks agama yang terlalu berlebihan. Mengapa saya katakan demikian? Di sini anda tidak melihat bahwa sinetron Inayah ini HANYALAH TONTONAN HIBURAN BELAKA. Tidak ada maksud menyinggung unsur SARA sama sekali di sini.
Saya sebagai pribadi berpendapat, nama hanyalah sebuah nama. Seseorang yang bernama Muhammad belum tentu memiliki sifat sebaik Nabi Muhammad SAW.
Apabila seorang bernama Muhammad itu mencuri barang-barang mewah di toko lalu ditangkap polisi, apakah itu berarti dia menjelekkan Nabi Muhammad SAW? Saya rasa tidak.
Tidak perlu berperang hanya karena perbedaan pandangan tentang film Inayah atau yang masih judulnya dulu menggunakan nama Hareem.. Mestinya kita bijak mengambil sikap, apa motif dibalik pembuatan film itu, apakah sebagai hiburan atau sebagai provokasi antar etnik. Saya kira mestinya kita berfikir universal dengan menggunakan hukum sebab akibat. Jujur saya tidak suka dengan film itu, tetapi bukan berarti saya menghina kehadiran film itu dibelantara perfilman Indonesia. Coba perhatikan, berapa banyak film Indonesia yang tidak mendidik jika kita terlalu berlebihan mengklaim Inayah sebagai film yang negatif. Jika saya ikut mengkategorikan negatif, saya juga bisa mengklaim sinetron Indonesia yang lain tidak mendidik sama sekali, yahh...memang betul, coba lihat, banyak sinetron Indonesia yang hanya berputar pada satu persoalan saja, yaitu cinta, dan harta. Yang lain masih langka.
ReplyDeleteJika film Inayah adalah termasuk pembunuhan karakter dan ideologi, apakah film yang lain tidak? Sementara sinetron yang lain lebih sadis dari film Inayah. Banyak film Indonesia yang menggambarkan perpecahan keluarga atas dasar cinta dan harta, anak melawan orang tua dengan kekejamannya, orang tua menyiksa anaknya dengan kejam pula, ini juga termasuk pembunuhan karakter, khusunya bagi anak-anak usia dini yang mulai belajar mengerti tentang TV.
Semestinya kita introveksi diri, jika ditanya film yang saya suka, saya dengan tegas menjawab saya lebih film barat, meski kelihatan keras dan negatif, tapi itu diperlihatkan secara nyata, misalnya adegan porno, nyata diperlihatkan, disitulah kita bisa mendidik anak, kalau yang baru saja dilakukan itu tidak baik secara moral, tapi bagaimana dengan sinetron Indobesia, emang sih..tidak memperlihatkan adegan porno secara langsung, tapi cara-cara dan sikap yang diperankan bisa berpengaruh negatif pada kehidupan generasi muda, jika perfilman Indonesia ini dilihat dari satu sisi saja.
Inti dari maksud saya, hendaknya kita lebih bijak memberi nilai terhadap suatu karya yang diciptakan oleh anak bangsa. Islam itu luas ilmunya, jangan sampai hanya karena ego pemahaman agama yang sempit kita lalai memperhatikan hal-hal yang terjadi selanjutnya.
Hardiyanto