Kesalahan (blunder) yang sering dilakukan politisi belum berpengalaman adalah:
- Membiarkan sesama tim untuk saling berebut cari perhatian tanpa kerja.
- Mempercayakan pekerjaan profesional pada keluarga atau teman dekat.
- Tak memiliki jadwal pasti kapan dan dimana rapat atau kegiatan pertemuan diadakan.
- Tak memiliki agenda rapat yang jelas.
- Tak menunjuka pemimpin rapat yang kompeten karena merasa sang pemimpin (sang kandidat) bisa sendiri.
- Melibatkan orang-orang baru dalam setiap rapat atau pertemuan tanpa penjelasan sebelumnya kepada tim.
- Tidak ada perencanaan dan evaluasi karena lebih memilih improvisasi dadakan.
- Kerap muncul kebingungan karena tak ada penjelasan tentang apa yang sudah dan sedang dan akan dikerjakan tim.
- Membiarkan banyak juru bicara dan pengatur acara hingga potensial saling bertabrakan. Akibatnya pihak luar merasa dipermainkan sementar yang bersangkutan berusaha cuci tangan selamatkan muka.
- Menggunakan fasilitas birokrasi pemerintah untuk penggalangan kepentingan pribadi.
- Menjadikan karyawan di pemerintahan sebagai tim kampanye.
- Menggunakan waktu dan enerji birokrat yang mestinya untuk pelayanan publik menjadi pelayan kepentingan pribadi.
- Melibatkan pejabat militer yang masih dan sedang aktif sebagai tim kampanye.
- Tak ada grand design tentang bagaimana sesungguhnya strategi dan taktik untuk menang.
- Tak ada perencanaan tentang kapan eksekusi grand design tersebut, siapa eksekutor, bagaimana evaluasi dan sanksi jika terjadi kekeliruan.
- Struktur organisasi dibuat hanya untuk aksesoris, karena sang kandidat sendiri dan keluarga yang mengatur semuanya.
- Pendelegasian kerja sering tumpang tindih antar satu tim dengan tim lainnya.
- Pidato makro ekonomi saat rakyat di lingkungannya lapar membutuhkan nasi.
- Hobi meetang-meeting hasil nothing.
- Lebih suka bicara ketimbang mendengar
- Rajin bayar konsesi pada cukong dan elite koalisi hingga menjadi ekonomi biaya tinggi.
- Menikmati kecemasan orang lain dalam penantian.
- Lebih memilih tawar menawar posisi ketimbang kehilangan kursi.
- Merasa terancam secara psikologs jika ada orang lain yang lebih cerdas.
- Cepat lupa pada orang yang berjasa ketika hajat mendesaknya sudah terpenuhi.
- Bagi-bagi ursi untuk famili.
Bila di atas adalah kesalahan blunder yang sering dilakukan politisi tak berkualitas, maka inilah citra yang akan dilihat publik dalam diri kandidat caleg, pilkada atau pilpres:
- Pintar namun tidak cerdas
- Tidak piawai mengorkestrasi potensi dan legitimasi
- Peragu dan tak tegas
- Kerap janji dan jarang bukti
- Instruksi-instruksi tanpa aksi dan sanksi
- Anti kritik dan doyan pujian
- Phobia unjuk rasa karena erbiasa upacara
- Wira-wiri ke luar negeri (luar kota) saat tsunami (bencana) silih berganti di tengah masyarakat.
Berikut ini hal-hal lain yang membuat para kandidat (caleg, cabup, cawabup, cawali, cagub, capres) tidak akan terpilih:
1. Berkampanye saat rakyat sedang berduka entah karena ditimpa kelaparan, bencana silih berganti.
2. Berkampanye saat umat beragama sedang khusyuk menjalankan ibadah.
3. Sering-sering berbohong pada media
4. Muncul dengan gaya orang lain dan bukan diri si kandidat yang sebenarnya.
5. Selalu serius dan tak pernah sekalipun humor saat bicara di depan umum.
6. Tak pernah menjawab apa yang ditanya media tapi berbicara apa yang kandidat mau.
7. Berulang-ulang mengutarakan kebanggan kandidat atas prestasi yang sudah kandidat buat sehingga orang menjadi muak karenanya.
8. Mengatakan bahwa kandidat adalah keluarga yang paling berbahagia di banding lawan politiknya.
9. Tak memiliki database lengkap nama-nama media massa cetak ataupun elektronik, baik di daerah maupun di pusat.
10. Tak ada pemetaan tentang siapa pemilik, pengelola dan para wartawan media massa.
11. Tak ada anggota tim yang masing-masing bertanggung jawab terhadap setiap media massa.
Kontras
- Gaya dan bicara kandidat tak berbeda dari lawannya.
- Materi atau isu yang diangkat dalam kampanye tidak menarik
- Problem dan solusi yang kandidat tawarkan tak berbeda dengan lawannya.
- Penampilan kandidat biasa-biasa saja tak membuat orang terpana.
- Kandidat tak mempunyai warna khas istimewa yang jadi ciri atau merk kandidat.
- Sajian atau atraksi panggung kampanye kandidat membosankan,
Koalisi
- Kampanye kandidat tak melibatkan tokoh-tokoh lain yang punya reputasi di tengah masyarakat
- Kandidat menutup diri berkoalisi dengan partai atau kelompok masyarakat lain.
- Tak pernah ada keran komunikasi dengan jaringan akar rumput ataupun elit politik.
Konfiden (Rasa Percaya Diri)
- Kandidat memperlihatkan rasa tak percaya diri bahwa ia akan menang.
- Lebih mempercayakan orang lain baik keluarga saat seharusnya kandidat menyampaikan sesuatu penjelasan kepada media.
- Kuatir menggunakan media, karena kekurangannya bisa terekspos bila salah ucap dan salah bicara. Dan tidak berusaha untuk membuat press-release atau konsep jawaban yang tertulis atas setiap kejadian yang datang.
Kapital
- Kandidat tak punya dana cukup untuk kampanye dan tak punya dana cukup untuk mengumpulkan dana kampanye.
- Bahkan kandidat menggunakan dana para konglomerat hitam dalam kampanye kandidat dan atau juga menggunakan dana hasil korupsi.
- Salah mengalokasikan pos-pos modal yang ada serta tak bisa menentukan skala prioritas alokasi dana yang sudah pas-pasan sehngga jadi keteteran
No comments:
Post a Comment