DALAM 1 PUTARAN BERDASARKAN QUICK COUNT
Kemenangan SBY versi Quick Count, SBY Menang versi Quick Count
Jakarta, dobeldobel.com
Males sudah nulis tentang kemenangan SBY di pilpres 2009, meskipun Quick Count sudah menyatakan hasil yang gamblang dengan perolehan sementara dengan sampling error tambah/ kurang 1 %, masih saja pihak-pihak tertentu belum bisa legowo. Walaupun hasil akhir yang realistis dan nyata baru berdasarkan keputusan pengumuman resmi dari pihak KPU, tapi setidaknya penghitungan Quick Count dari lembaga resmi seperti LSI bekerjasama dengan Trans-Corp sudah bisa diandalkan dan dipercaya. Jangan pula berdalih bahwa hasil yang dikeluarkan tidak representatif dan tidak akurat.
Masalah kedewasaan menerima kekalahan merupakan ciri kebesaran seorang negarawan dan politisi yang hebat. Saya yang sudah jauh-jauh hari mengatakan bahwa kemenangan SBY bukanlah satu hal yang mengejutkan, tapi saat saya menyampaikan hal itu kepada tim sukses para capres baik MegaPro dan JK-Wiranto termasuk untuk pasangan pemenang SBY-Boediono ada di antara mereka yang seolah-olah segala sesuatunya masih bisa direkayasa.
Bahkan ada rekan-rekan saya yang wartawan di DPR RI 2 minggu sebelum kampanye mengatakan bahwa Pilpres kali ini tak akan jauh berbeda dengan Pileg berselang yang terjadi banyak kecurangan, kerusakan dan kekisruhan yang sangat menyebalkan dan membosankan untuk dibahas. Tapi hal itu terjawab sudah dengan keluarnya putusan MK setelah kubu JK-Wiranto memberikan masukan penting kepada pihak MK, dan ditindaklanjuti dengan dikeluarkan keputusan bahwa setiap warga negara bisa menggunakan hak suaranya hanya dengan menunjukkan KTP atau Kartu Keluarganya yang berlaku sebagai tanda agar bisa mikut mencontreng presiden pilihan mereka.
Hal ini berarti tak akan lagi ada alasan untuk menggugat hasil pemilihan presiden mengenai kecurangan manipulasi DPT. Yah namanya juga kecurigaan dan ketakutan (dan saya yakin itu datangnya dari setan), bahwa manipulasi penghitungan atau proses perolehan suara selalu dikaitkan dengan hilangnya tidak sedikit Warga Negara Indonesia atas kesempatan memberikan suaranya pada pemilu.
Intinya kalau ada yang hendak memprotes hasil pemilu nanti hendaknya ia harus lebih KREATIF mencari alasan.... hehehehehe! Mungkin bagi sang pemenang, pasti mereka (terutama kubu tim sukses SBY) akan mengatakan "Hayo lu mau cari alasan apalagi kalau lu sudah kalah...!" Kenapa seh bisa legowo dan mengatakan sesuatu hal yang positif seperti "Selamat pak SBY dan Boediono, kalau kemarin-kemarin ini Anda adalah pesaing saya, maka sekarang Anda adalah Presiden kami!", tentunya harus dengan hati yang tulus dan senyum yang menenangkan semua pihak beres kan?
Bila Anda masih susah juga untuk legowo? Berarti memang tak ada kebesaran dalam jiwa kita bukan? (Sebenarnya gue nggak ikut-ikut... kan gue udah legowo dari pertama kali kampanye pemilu, kalao gue nggak kepilih jadi presiden, dan sekarang semakin legowo lagi saat SBY yang kepilih jadi presiden...hihihi)
Terlepas dari hasil penghitungan cepat, yang kita semua sudah mahfum bahwa sedikit banyaknya hal ini bisa dijadikan acuan buat para pemimpin untuk mempersiapkan langkah strategis berikutnya sehingga bisa mempersingkat dan mempermudah cara pandang petinggi penyelenggara negara. Pastinya juga harus ada kesadaran bahwa kemenangan ini bukan sekadar kemenangan yang harus dirayakan dengan cara yang serta merta HEBOH. Apalagi kemudian untuk penentuan kabinet, Presiden SBY sebagai incumbent yang menag kali ini memilih para aparatur kabinet yang mencederai amanah rakyat.
Kalau pihak tim sukses SBY yang sudah bekerja selama ini nanti tidak terpilih menjadi menteri, maka jangan terus akan kecewa lalu pindah ke kubu lain dan meninggalkan Partai Demokrat. Yah kayak anak kecil banget! SBY dan partai koalisi pendukung saja yang di luar Partai Demokrat telah berusaha untuk berfikiran dan bersikap adil serta legowo, walaupun mereka tak terpilih jadi wapres (kita tahu siapa mereka), dan justru memilih sosok Boediono. Koalisi tetap solid dan itu dibuktikan hingga akhir kampanye dan kemenangan SBY walau baru versi Quick Count.
Sebagai acuan cara bersikap adalah satu dari satu kolega saya yang ketika saya tanya kenapa ia memilih pasangan capres dan cawapres selain SBY-Boediono, padahal di tingkat pusat partainya menjadi salah satu koalisi dengan Demokrat untuk mengusung SBY. Dia dengan manis dan cerdiknya mengatakan kepada saya, "Ngapain lagi saya memilih dan mendukung pak SBY, toh sudah pasti8 menangnya. Justru saya memilih yang lain karena saya nanti justru bisa lebih suka menjadi mitra pemerintah dengan menjadi oposan. Saya suka sekali mengkritisi pemerintah, mungkin itulah keahlian dan kebisaan saya, jadi kritikus!"
Saya sangat menyetujui dia. Lalu kenapa sebagian dari diri kita (saya mengatakannya demikian, karena orang-orang lain yang tidak setuju dan sependapat, saya anggap sebagai saudara atau bagian dari diri saya...!) Kalau kita memang mau menjadi lawan yang sudah dapat diduga dan diperhitungkan di atas kertas bakalan menang, maka alasan kita untuk tidak memilih dan mendukung dia karena keseimbangan demokrasi dan tak ada tujuan untuk merusak sendi-sendi demokrasi itu sendiri, misalnya dengan melakukan kampanye hitam, berlaku tidak santun dengan membuka aib-aib kandidat lain. Jangan gitu ah!
Sekali lagi, seperti yang sudah saya katakan pada FB saya pagi-pagi sebelum pilpres, selamat kepada Anda yang kini terpilih menjadi Presiden RI periode 2009 - 2014. (Tadinya belakangnya mau saya akhiri dengan sapaan panggilan "Pak", tapi karena takut nanti saya terkena masalah (fitnah) kok ucapan tendesius dan bernada kampanye terselubung ini diucapkan menjelang pencontrengan, maka saya hapus ucapan sapaan itu. (Hehehehehehe! damai Bu!)
Tapi bukan berarti dengan hasil Quick Count itu, terus pihak yang diuntungkan menajdi "mentang-mentang" atau sok kayak mau jadi menteri pilihan SBY dengan mengeluarkan pernyataan yang menyinggung pihak lain. (Gue juga nggak berharap jadi menterinya SBY kok, tetap aja gue jadi penulis dan wartawan yang menceritakan segala hal dengan seimbang, adil dan faktual). Karena bagi kita sebagai warga negara yang baik seharusnya kita ikut menjadi agen perdamaian dan lebih mencintai kebersamaan serta keadilan biar semua rakyat Indonesia bisa sejahtera lebih cepat untuk melanjutkan hal-hal yang baik! Semoga aja yah!!!
Sidik Rizal
-------------------------------------------------------------------------------
Berita terkait dengan kemenangan SBY versi Quick Count
-------------------------------------------------------------------------------
Quick Count, atau penghitungan cepat, Metro TV menunjukkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menang pilpres 2009 dengan meyakinkan.
SBY sedikitnya berhasil meraih 58,51 persen suara, sehingga tidak perlu putaran kedua. Pasangan SBY-Boediono unggul di 24 dari 34 propinsi. Disusul Megawati-Prabowo dengan 26,32 persen, dan Jusuf Kalla-Wiranto dengan 15,18 persen.
Reaksi Prabowo dan JK
Seolah-olah dia telah resmi menang, SBY berpidato menyampaikan terima kasih kepada rakyat. Sebaliknya, Prabowo dengan lantang menyebut hasil quick count itu "ngawur". Sedangkan Jusuf Kalla menyambutnya dengan santai. "Saya sudah siap pulang kampung," katanya.
Pencontrengan berlangsung aman. Pilpres 2009 ini menandai konsolidasi demokrasi Indonesia. Hasil resmi akan diumumkan tiga minggu lagi. Lebih jauh laporan koresponden Aboeprijadi Santoso dari Jakarta
Susilo Bambang Yudhoyono tidak hanya presiden terpilih langsung pertama, tapi sekarang juga merupakan presiden menjabat (incumbent) yang pertama yang terpilih kembali. Lebih dari itu, partainya, Partai Demokrat, merupakan partai penguasa pertama sejak reformasi yang berhasil mempertahankan posisinya.
Pemerintahan SBY stabil
Tahun 1999, PDIP menang, tapi presiden bukan dari PDIP, namun Gus Dur dari PKB. Tahun 2004, Golkar menang, tapi presiden dari partai lain, yaitu SBY. Dengan demikian, kemenangan SBY pada Pilpres 2009 ini menandakan pemerintahan paling stabil sejak reformasi 1998.
Jadi, stabilitas itu mewakili kepercayaan rakyat yang cukup kuat pada pemerintahan SBY, tapi lebih penting lagi, stabilitas ini juga mengisyaratkan konsolidasi demokrasi multipartai Indonesia sejak jatuhnya Orde Baru Soeharto.
Pilpres ini juga menjadi ujian nyata bagi penyelenggaraan pemilu di negeri kepulauan dengan sekitar 170 juta elektorat. Komisi Pemilihan Umum KPU menunjukkan prestasi buruk. Pemilu parlemen April yang lalu, 40an juta kehilangan hak pilih dan ini menimbulkan ketegangan politik.
Data ngawur
Kalau tahun 2004, KPU mengambil daftar pemilih dari Badan Pusat Statistik BPS, sekarang KPU menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) berdasarkan data dari Departemen Dalam Negeri. Inilah salah satu sumber kisruh DPT.
Berkat intervensi dua capres, Jusuf Kalla dan Megawati, Senin lalu, akhirnya KPU membawa masalah ke penguasa hukum tertinggi di Indonesia, Mahkamah Konstitusi, MK. Dan MK memutuskan warga yang tak terdaftar di DPT dapat menyontreng dengan KTP.
Dengan demikian, hak dari jutaan elektorat yang tersisih, diduga 25an juta, dapat diselamatkan, meski keputusan MK itu tidak menutup kemungkinan masih adanya banyak pemilih ganda.
Secara politik, intervensi JK dan Mega membawa kredit bagi kedua capres itu, dan ikut menjelaskan naiknya dan berlombanya perolehan JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo.
Putra Pacitan
Susilo Bambang Yudhoyono, 60 tahun, lahir di Pacitan, Jawa Timur. Putra tunggal keluarga tentara ini karirnya mencuat di TNI, tapi berubah sejak Presiden Gus Dur mengangkatnya menjadi Menteri Pertambangan pada tahun 1999.
Jenderal yang disebut tentara cendekia ini dikenal sebagai tokoh santun yang bersikap hati-hati ini sering dianggap peragu. Orang membandingkannya dengan Jimmy Carter, presiden AS 1970an yang cermat, hati-hati dan sering menimbang lama sebelum memutuskan.
SBY boleh dibilang presiden yang sial dan beruntung. Sial, karena masa pemerintahannya diterpa berbagai bencana, mulai dari tsunami di Aceh sampai lumpur di Sidoarjo, juga bencana ekonomi dengan krisis minyak, BBM, dan krisis moneter dunia sejak Oktober lalu.
Tapi ini juga membawa keberuntungan. SBY populer karena penampilannya gagah, santun, berhasil menurunkan harga BBM sampai tiga kali, serta membantu rakyat miskin dgn BLT (bantuan langsung tunai).
Pedagang batik Blitar
Kekhawatirannya menghadapi dampak krisis moneter tahun tahun mendatang membuat SBY memilih ekonom, profesor Boediono, sebagai pendampingnya, seorang akademik yang non-partai. Boediono juga putra keluarga sederhana, pedagang batik Blitar yang menguasai bahasa asing, juga pendengar setia radio asing, termasuk Radio Nederland yang waktu itu disebut "Radio Hilversum". Dia menuntut anak-anaknya belajar keras, dan Boediono adalah salah satunya yang sukses.
Pasangan Presiden SBY dan Wapres Boediono diduga akan menjalankan haluan liberal pragmatis yang selama ini ditempuh SBY. Ada isyarat dalam masa pemerintahannya kedua nanti, SBY akan mengupayakan perubahan politik, khususnya sistim presidensial agar tak terganggu parlemen, dan perubahan sistim pemilu di daerah, pilkada.
Kemenangan SBY juga mengesankan perubahan sikap publik terhadap elit politiknya. Orang tak suka lagi suara yang menggebu-gebu, penuh janji, seperti terkesan dari kampanye Prabowo Subianto.
Pilpres ini sekaligus menjadi ambang peralihan generasi elit politik, dengan mengakhiri perjalanan politik Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla. Lima tahun lagi tiba giliran elit baru.
Sekian laporan Aboeprijadi Santoso dari Jakarta.
VIVAnews - Calon wakil Presiden Prabowo Subianto mengkritik pidato kemenangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas hasil penghitungan cepat atau quick count sejumlah lembaga survei siang tadi.
"Jelas itu tidak terpuji, kan hasilnya belum selesai," kata Prabowo Subianto di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Juli 2009.
Pasangan calon presiden Megawati Soekarnoputri ini mengecam pelaksanaan quick count dan exit poll yang ditayangkan sejumlah stasiun televisi. Menurutnya, hasilnya tidak valid dan tak dapat dijadikan acuan hasil pemilihan umum.
"Seolah-olah sudah ada pencintraan menangnya salah satu capres dan cawapres dan hasilnya sudah selesai. Padahal yang baru masuk ke KPU itu baru 700 ribu suara," ujarnya.
Dalam pidatonya siang tadi, SBY mengucap syukur atas hasil quick count sejumlah lembaga survei yang menempatkan dirinya memenangi pemilu satu putaran. "Alhamdulillah keberhasilan kami dan teman-teman seperjuangan, tapi tetap saya katakan bahwa kami masih menunggu hasil penghitunggan KPU," kata SBY di Cikeas.
Seperti yang ditayangkan VIVAnews, hingga pukul 18.00 WIB, hasil penghitungan tiga lembaga, Lembaga Survei Indonesia (LSI), LP3ES, dan Cirus, menunjukkan kemenangan SBY-Boediono. Untuk LSI menunjukkan pasangan SBY-Boediono meraih 60,85 persen, Mega-Prabowo 26.59 persen, dan JK-Wiranto 12.59 persen.
LP3ES juga menunjukkan hal yang sama, SBY-Boediono meraih 60,28 persen, Mega-Prabowo 27,53 persen, dan JK-Wiranto 12,19 persen. Sedangkan untuk Cirus memperlihatkan SBY-Boediono meraih 60,2 persen, Mega-Prabowo 27,49 persen, dan JK-Wiranto 12,31 persen.
-------------------------------------------------------------------------------------
Unggul di Quick Count, SBY Berterima Kasih pada Rakyat Indonesia
JAKARTA | SURYA Online - Calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengucapkan terima kasih kepada rakyat Indonesia atas partisipasinya dalam pemilihan umum presiden yang berlangsung hari ini, Rabu (8/7).
SBY menegaskan, dirinya tetap menunggu hasil pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum mengenai hasil pemilihan umum presiden 2009 yang berlangsung hari ini.
Sejumlah penghitungan cepat (Quick Count) yang diselenggarakan lembaga survei menunjukkan kemenangan SBY dengan perolehan suara lebih dari 50 persen. Jika penghitungan KPU nanti tidak jauh berbeda dengan hasil penghitungan cepat ini maka SBY akan memenangi pilpres dalam satu putara.
“Penghitungan suara jelas belum selesai sampai nanti KPU sebagai lembaga yang paling berwenang mengumumkan hasil pemilu ini. Meski dari lembaga survei yang melakukan quick count menunjukkan keberhasilan kami dan teman-teman seperjuangan, tapi kami tetap meletakkan menunggu hasil penghitungan dari KPU hingga saatnya nanti disampaikan menurut undang-undang,” kata SBY di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Ia mengingatkan kepada seluruh masyarakat bahwa penghitungan suara belum selesai. Oleh karena itu, diimbau agar selama proses penghitungan berlangsung masyarakat tetap menjaga kedamaian.
“Marilah kita jaga bersama suasana nyaman dan damai di negeri ini. Kalau ada keberatan dan protes salurkanlah melalui saluran dan prosesur yang diatur undang-undang. Dengan demikian demokrasi dapat tumbuh dan berkembang,” ujar SBY.
“Siapapun yang menang maupun yang kalah tetap agung. Bagi konstuten, penghitungan ini belum selesai, masih akan berlanjut, bersyukur itu dianjurkan, tetaplah saling menjaga saling menghormati satu sama lain,” tambah dia. hin/kcm
------------------------------------------------------------------------------------
Djoko Tjiptono - detikPemilu
Menang di Quick Count
Pendukung SBY Diingatkan Jangan Lupa Diri
Jakarta - Hasil quick count sejumlah lembaga survei yang menunjukkan kemenangan SBY patut disambut gembira pendukungnya. Namun demikian, mereka tetap diingatkan agar jangan sampai lupa diri.
Hal tersebut disampaikan Sekjen Jaringan Nusantara (JN) Andi Arif dalam SMS-nya yang diterima detikcomm Rabu (8/7/2009). JN adalah salah satu organisasi massa pendukung SBY.
"Seluruh pendukung SBY sebaiknya tidak melakukan pesta pora dan sudag merasa menang," kata Andi.
Andi menegaskan, semua pendukung SBY harus mampu menahan diri dengan tidak melakukan tindakan berlebihan. "Lebih baik ikut memantau surat suara dari TPS sampai KPUD," ujar Andi.
Andi juga mengatakan, jika hasil quick count tersebut benar, hal itu merupakan kemenangan seluruh bangsa. Hal ini harus dijadikan titik awal untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi bangsa.
"Khususnya soal kemandirian bangsa dan kebangkitan ekonomi nasional," tukas Andi.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Hasil Quick Count Sementara, SBY Unggul Antara 48-58 Persen
Muhammad Nur Hayid - detikPemilu
Jakarta - Pilihan rakyat untuk menentukan pemimpinnya telah dilakukan dengan baik. Hasil quick count (hitung cepat) sementara yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei menunjukkan pasangan SBY-Boediono menang atas 2 pesaingnya.
Hasil quick count dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat perolehan pasangan SBY-Boediono sampai pukul 13.20 WIB mencapai angka 52,48 persen. Sementara pasangan Megawati-Prabowo memperoleh angka 19,23 persen dan pasangan JK-Wiranto 28,29 persen.
Sementara quick count yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA mencatat pasangan SBY-Boediono pada pukul 13.20 WIB mencapai angka 53,25 persen. Sementara pasangan Megawati-Prabowo memperoleh angka 20,55 persen dan pasangan JK-Wiranto 26,20 persen.
Sementara itu, hasil hitung cepat dari LP3ES juga mencatat kemenangan pasangan SBY-Boediono dengan angka 50,05 persen. Sementara pasangan Megawati-Prabowo memperoleh angka 20,99 persen dan pasangan JK-Wiranto 28,96 persen.
Lembaga survei Cirrus dalam hitung cepatnya juga mencatat kemenangan SBY-Boediono sampai 57 persen. Sementara pasangan Megawati-Prabowo memperoleh angka 26,47 persen dan pasangan JK-Wiranto 16,51 persen.
Berbeda dengan 3 lembaga survei tersebut, Lembaga Riset Indonesia (LRI) pimpinan Johan Silalahi mencatat hasil hitung cepat LRI mencatat perolehan SBY di bawah 50 persen, tepatnya 49,14 persen. Sementara pasangan Megawati-Prabowo memperoleh angka 26,43 persen dan pasangan JK-Wiranto 24,42 persen.
Dari hasil hitung cepat ini, memang SBY diprediksi paling unggul. Bahkan jika perolehan SBY stabil di atas 50 persen lebih, SBY bisa mengakhiri Pilpres kali ini dengan satu putaran.
Hal ini didasarkan pada UU Pilpres yang menyebutkan Pilpres bisa dilakukan satu putaran apabila pasangan capres memperoleh suara 50 persen lebih yang persebaran suaranya mencapai angka 20 persen lebih di minimal 17 provinsi. Akankan pilpres kali ini satu putaran atau 2 putaran?
( yid / iy )
---------------------------------------------------------
Fadjroel Akui Quick Count, Kemungkinan Besar SBY-Boediono Menang
Rabu, 08 Juli 2009, 17:03:06 WIB Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi
Jakarta, RMOL. Siapapun yang terpilih dalam Pilpres 2009, namun pemenang sesungguhnya dalam proses demokrasi ini adalah rakyat.
Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia), Fadjroel Rachman, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 8/7).
“Rakyat telah memilih untuk memilih maupun golput. Kedua jenis pemilih ini tetap menghormati pemilu dan demokrasi. Demokrasi milik rakyat bukan milik pemenang pilpres,” kata Fadjroel.
Menurut Fadjroel, sebagaimana versi berbagai quick count kemungkinan besar SBY-Boediono memenangkan pilpres 2009. Namun demikian, lanjut Fadjroel, semua warganegara Indonesia tetap memiliki hak konstitusional untuk terus dipertahankan dan diperjuangkan. Hak-hak itu, kata Fadjroel, adalah hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak budaya, dan hak sosial. [yan]
No comments:
Post a Comment