English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Informasi berita tentang kandidat caleg, pemilukada dan pilpres di Indonesia - Kontak Redaksi: (021)271.01.381 - (021)606.36235, Hotline: 08787.882.1248 - 081.385.386.583

Korupsi jangan dijadikan budaya! Pilih pemimpin yang cinta rakyat, bukan cinta kekuasaan! Bagian Iklan Hubungi (021)27101381 - 081385386583


Thursday, October 9, 2008

Akses dengan Pejabat Pusat Masih Jadi Andalan Kampanye Caleg di Daerah


Kandidat PAN, Yusrizal, Caleg DPRD Kota Bekasi sedang berinteraksi dengan Warga dan Lurah Bekasi Jaya, Bekasi Timur dalam satu kegiatan Fogging (pengasapan) DBD



Caleg Kota Bekasi, ZAIMAN MAKMUR AFFAN dengan EDHIE BASKORO YUDHOYONO Ketua Bidang Kepemudaan Partai Demokrat dalam satu acara pertemuan di DPP Partai Demokrat





Beragam tehnik dan strategi Kampanye dilakukan oleh para CALEG partai saat mereka mengatur komunikasi massa di media apapun. Dengan menunjukkan aktivitas kegiatannya yang memiliki akses langsung ke pusat, masih merupakan primadona strategi kampanye total yang dilakukan oleh banyak kandidat.

Yang jadi masalah adalah, bagaimana dengan kandidat yang kebetulan ditunjuk oleh partai di kepengurusan pusat, sementara ia tidak aktif di kepengurusan tingkat daerahnya, atau sebalik, seorang caleg yang kebetulan adalah tokoh masyarakat yang ditunjuk oleh pengurus partai namun tak mempunyai akses langsung ke petinggi partai, bagaimana mereka bisa menjual kedekatan dan akses yang dia tak pernah miliki.

Inilah kelebihan dari kader yang banyak membangun jaringan komunikasi dengan beragam golongan dan level masyarakat, baik itu strata terendah maupun hingga strata atas. Artinya adalah, bahwa orang yang menyambung tali silaturrahim jauh lebih memiliki peluang untuk memenangkan persaingan dalam hal apapun, ya dunia perdagangan maupun politik.

Sementara buat mereka yang susah bergaul dengan kalangan tertentu, misalnya kader atau kandidat caleg yang hanya biasa bergaul dengan kalangan elit maka ia akan mengalami kesulitan membangun jaringan di akar rumput, sedangkan mereka para caleg yang terlalu sering bergaul dengan masyarakat kelas bawah, belum pernah punya akses dengan kalangan petinggi juga akan mengalami hal yang serupa.

Jadi di dalam memenangkan kampanye pada Pemilu 2009 mendatang, adalah mereka yang bisa berinteraksi secara langsung dan efektif kepada semua kalangan, dimana dengan segala dip-lomasi dan dialektikanya, akan terbukti apakah ia memang pantas dan layak serta cukup berkualitas untuk menjadi wakil rakyat dan duduk di kursi dewan yan g terhormat.

Semakin banyak seorang caleg mempunyai akses di kalangan elit politk dan semakin banyak dia membuka keran komunikasi yang interaktif dengan rakyat kecil, maka dia sudah memenangkan pemilu sebesar 50 persen dari persaingan dengan lawan maupun kawan dalam memeprebutkan suara.

Jadi Caleg yang mempunyai kegiatan yang melibatkan semua pihak, pastilah dia akan terlihat langsung verinbteraksi dengan konstituennya dan inspirator partainya. Tugasnya sebagai motor bagi visi misi dan program partainya, merupakan langkah taktis membangun jaringan yang pastinya sangat penting dan tak bisa diabaikan.

Namun begitu, sekalipun ia berhasil membangun komunikasi dengan jaringan akar rumput dan membuka akses dengan kalangan elit, tapi tidak bisa mengkomunikasikan secara kuantitatif dan efektif tepat ke sasaran, makanya jaringan yang dimilikinya jadi sia-sia tak berarti. Sama seperti seorang yang banyak memiliki senjata dalam berperang namun tidak bisa menggunakan dan bahkan tidak bisa membawa senjatanya walau sekadar untuk menakuti musuhnya.

Di sinilah peran alat komunikasi massa dalam kampanye menjadi sangat urgent (MENDESAK). Bila salah mengkomunikasikan apa yang menjadi aspirasi bawah kemudian ia bawa ke atas (bottom up) maka sama buruknya bila ia tidak bisa mensosialisasikan kebijakan dari atas (top-down) ke masyarakat pendukungnya.

Memang tugas seorang duta (representative) atau wakil rakyat sangatlah sulit, namun akan terasa lebih sulit, bila ia tidak tahu tugas dan fungsinya yang sejatinya adalah seorang wakil dari ribuan bahkan ratusan ribu suara rakyat buat pemerintah. Jadi keberpihakan yang sesungguhnya adalah ia harus lebih mau mendengarkan dengan seksama dari Rakyat dan kemudian menyuarakannya kepada penguasa (pemerintah).

Emakin pandai ia membawa diri dan menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah yang ada dalam pengawasannya, maka semakin besarlah pahala (reward) bukan saja dari Tuhannya tapi juga rakyat pendukungnya. Dari aksioma ini, maka bisalah diterima sebuah adagium yang sangat terkenal, Vox Populi, Vox Doi (Suara Rakyat adalah Suara Tuhan). Demikian pula ajaran agama banyak mengatakan seperti hal itu.

No comments:

Post a Comment

Kontak XAMthone Plus Bekasi (021)606.36235 - 081.385.386.583

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ChatBox

Popular Posts