English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Informasi berita tentang kandidat caleg, pemilukada dan pilpres di Indonesia - Kontak Redaksi: (021)271.01.381 - (021)606.36235, Hotline: 08787.882.1248 - 081.385.386.583

Korupsi jangan dijadikan budaya! Pilih pemimpin yang cinta rakyat, bukan cinta kekuasaan! Bagian Iklan Hubungi (021)27101381 - 081385386583


Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Monday, July 26, 2010

Sambutlah Anak Indonesia

 DILEMA ANAK INDONESIA DAPATKAN PENDIDIKAN MEMADAI

Jakarta, www.dobeldobel.co.cc
Seandainya semua anak Indonesia mendapatkan peluang pendidikan sama besarnya dengan David Geovani, sang juara peraih medali emas Olimpiade Fisika, maka semakin besar pula bangsa ini jadi bangsa yang sangat besar di kemudian hari. Namun ternyata keseimbangan alam menentukan lain.


Di samping prestasi luar biasa anak berprestasi seperti David Geovani, masih ada saja anak-anak Indonesia yang mengalami peristiwa sedih dengan tak dapat peluang bersekolah atau kehilangan peluang karena ketiadaan biaya.

Bukannya masalah sistem pendidikan yang jadi masalah tapi lebih kepada bagaimana peluang pendidikan yang sama bagi seluruh anak Indonesia. Karena ketidakadilan atau penyimpangan sajalah yang memungkinkan hilangnya peluang bagi anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Jika ada peluang yang besar maka prestasi pun akan semakin mudah dituai oleh anak Indonesia.

Pemerintah pun tak kurang-kurangnya memberikan porsi yang lebih dan khusus untuk keberlangsungan pendidikan generasi mendatang dengan beragam bantuan serta alokasi hingga triliunan rupiah buat dana pendidikan anak Indonesia. Tapi masih saja sering terjadi kebocoran dan korupsi maupun penyelewengan bantuan pemerintah yang seharusnya sampai ke tangan anak-anak masa depan kita.

Kini tinggal bagaimana kita mau memperjuangkan kepentingan generasi mendatang yang tanggung jawabnya ada di tangan kita.

Berita terkait dengan tema tulisan di atas kami sajikan sebagai berikut.

David Geovani, Jawara Fisika
dari SMAK Penabur Gading Serpong

Selasa, 27 Juli 2010 05:08 WIB
Tangerang (ANTARA News) - Sederet prestasi di bidang sains internasional telah diraih David Geovani, siswa SMAK Penabur Gading Serpong (PGS), Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Kepala Sekolah SMAK PGS, Etiwati di Tangerang, Senin, mengatakan, David setidaknya sudah mengantongi tiga medali dalam berbagai olimpiade fisika tingkat Asia dan dunia.

Prestasi David yang kini tercatat sebagai salah satu siswa kelas khusus SMAK PGS ini sudah mulai terlihat sejak ia masih di kelas 10, katanya.

Menurut Etiwati, kelas khusus yang menampung para siswa dengan kemampuan lebih ini telah ikut membantu mengasah kemampuan lebih David sehingga berhasil meraih tiga medali di ajang olimpiade fisika.

Dia sebenarnya berasal dari Pontianak namun kemudian hijrah ke SMAK PGS. "Untuk tempat tinggal, dia menempati asrama yang disediakan oleh sekolah," katanya.

Setelah pindah ke SMAK PGS, kemampuan akademik David pun semakin terasah. Peningkatan prestasinya semakin tampak ketika ia meraih medali perunggu pada ajang "International Zhautykov Olympiad" (IZhO) di Almaty, Kazakhstan, Januari 2009.

David terus mengukir prestasi. Di ajang Olimpiade Fisika tingkat Asia (APhO) ke-11 di Taipei, Taiwan, pada Mei 2010, dia berhasil meraih medali perak.

Di ajang Olimpiade Fisika Internasional (IPhO) ke-41 yang diselenggarakan di Zagreb, Kroasia (17-25 Juli 2010), David berhasil membawa pulang medali emas bersama tiga siswa Indonesia lainnya.

Ketiganya adalah Christian George Emor (SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon Sulawesi Utara), Kevin Soedyatmiko (SMAN 12 Jakarta) dan Muhammad Sohibul Maromi (SMAN 1 Pamekasan Madura).

Seorang siswa lainnya, Ahmad Ataka Awwalur Rizqi dari SMAN 1 Yogyakarta, mendapat medali perak di IPhO ke-41 itu.
(ANT222/K004) COPYRIGHT © 2010

Thursday, April 16, 2009

Sinetron INAYAH Kembali Singgung SARA seperti HAREEM

Konversi Sinetron HAREEM jadi INAYAH
Mengundang Kontroversi, LAGI?


Indonesia, dobeldobel.com
Setelah sebelumnya sinetron HARREM dikritik abis oleh beberapa pemuka agama dan umat Islam karena menggunakan istilah (terminologi) Islam dalam penggambaran tokoh antagonis seorang laki-laki kaya pelaku poligami dengan menyebut panggilan "Abi" yang kemudian dihentikan karena dapat teguran keras dari KPI (Komisi Pertelevisian Indonesia). Tokoh antagonis yang super "kemaruk" sama kawin lagi dan kawin lagi... alias banyak-banyakin bini, digambarkan begitu hitam putih, kayak nggak ada baik-baiknya ini sangat mengundang ketersinggungan emosi kaum muslim, karena istilah ABI (diperankan penuh ekspresi oleh Teddy Syach) adalah istilah yang dipake kaum muslim (khususnya yang populer sekarang ini) untuk pangg(atau tidak) ingin menggambarkan ke dalam benak penonton inilah perwajahan poligami di kalangan umat Islam. Apalagi tokoh antagonis yang super jahat, dan protagonis yang super lemah, tak berdaya (super sabar) sekaligus pasrah total abis. Dan ini kan sama aja dengan memberikan pembodohan bahwa orang baik itu harus diam tak berdaya, biar waktu yang akan menghukum "habis/mati" pelaku jahat. Sungguh imbisil "penulis cerita", Produser dan Sutradara serta Pencipta Ide sinetron "paling katrok se Indonesia.

Dan karena menuai kritik yang begitu gencar, akhirnya penayangan sinetron itu berganti rupa namun dalam format pemain sinteron (peran tokoh) yang tidak berubah banyak. Dan kali ini, saya juga melihat panggilan buat sang bapak yang dulu sangat mengusik perasaan beberapa muslim yang menggunakan kata Abi dan Ummi dalam keluarganya (termasuk saya dan keluarga besar saya -- sampe anak saya yang SD saja tahu kalo penggambaran poligami begitu menyeramkan buat dia, dan dia begitu enggannya abinya akan seperti yang di sinetron HAREEM -- Halah!) Kini panggilan diganti dengan kata ROMO (panggilan bapak dalam bahasa Jawa) yang juga diperankan kembali oleh Teddy Syach.

Akan tetapi, kembali sang produser di Soraya Intercine Film tidak mencermati atau memang sengaja "lalai" dengan kebiasaan atau budaya lokal. Bagaimana tidak, istilah Romo sendiri yang dalam bahasa Jawa artinya Bapak (sama seperti Abi dalam bahasa Arab), sebenarnya lebih sering dipakai oleh umat Kristiani/Nasrani (khususnya Katholik) untuk panggilan tokoh pemuka agama (Pendeta). Memang judul film telah berubah dari HAREEM jadi INAYAH (masih dalam bahasa Arab). Belum lagi dari konversi pakaian yang semula dalam HAREEM umumnya sang istri dan suami ber-ghamis ria, kemudian dalam Inayah berganti rupa pakaiannya bukan lagi mengenakan ghamis dan jilbab. Tapi penokohan INAYAH diperankan oleh Sandy Auliya (yang notabene non-muslim) juga menimbulkan beberapa kritik pedas beberapa pengamat sinetron.

Memang seh, tokoh antagonis digambarkan bernama SARAH (diperankan Razz Florean, bintang sinetron anyar) yang berkebangsaan India (bisa dilihat kan sewaktu pesta pernikahan Romo dengan Sarah dengan pesta ala India (makan suap-suapan roti Cane -- halah nggak ngefek banget!).

Kenapa coba...? Kalau kita mau telusuri lebih dalam, tokoh antagonis SARAH (yang digambarkan buwener-bener juahat - en gak da baeknya pisan -- typically Indonesian movie/secara film sinetron kita begete). Padahal kan nama Sarah adalah nama tokoh perempuan salah satu istri nabi Ibrahim a.s. (dan tokoh ini sangat dimuliakan oleh umat Islam, Kristen dan Katholik). Karena dalam pandangan umat beragama samawi (langit), nama Sarah adalah nama ibunda nabi Ishak a.s., yang merupakan cikal bakal bapaknya kaum bani Israil (Israel) setelah mempunyai anak nabi Yakub a.s. Dan ini merupakan silsilah langsung ke nabi Isa a.s. (Yesus Kristus, versi Kristen dan Katholik)

Jelas bahwa produser film sinetron INAYAH memang hanya berorientasi pada profit (uang semata) tanpa memperhitungkan dampak ketersinggungan SARA. Apa karena kedangkalan ilmu dan pemahaman agama, atau memang karena "kesengajaan" ingin memprovokasi para audiens penontonnya. Bila ini alasannya maka perang ideologi sedang dilakukan oleh insan perfilman yang umumnya datang dari negeri Bollywood ini.

Negara kita adalah negara kesatuan yang terdiri dari beragam agama, suku, etnis dan bahasa. Jadi sekiranya insan perfilman (khususnya produser sinetron) agar mau memperhatikan aspek dampak tayangan film yang mereka buat langsung maupun tidak kepada masyarakat yang sangat heterogen ini. Kalau dia mau mencermati dan memperhatikan lebih hati-hati dan mengambil penulis atau ide cerita yang baik, maka ambillah contoh yang telah dilakukan oleh Punjabi group dengan film Ayat-ayat Cinta. (Walaupun di satu sisi saya juga tahu masih banyak film produksi Punjabi Group yang sangat "profit oriented" - "nggak mikir style" - "ngebodohin orang MODE ON" - dan lain istilah yang maksudnya adalah "nggak mutu" untuk disejajarkan dengan filmnya Deddy Mizwar, seperti "Kiamat Sudah Dekat" atau "Para Pencari Tuhan".

Intinya adalah, produser sinetron INAYAH pasti akan menuai badai yang sama dengan digugat atau dikritik oleh umat agama Katholik atau Kristen, seperti halnya sinetronnya HAREEM yang dihujat dan dikritik oleh umat Islam. Maka saya pun meminta agar Komisi Pertelevisian Indonesia (KPI) agar kembali memberikan teguran atau mencabut film Inayah dari tayangan Indosiar Visual Mandiri.

Untuk itu sebaiknya sang produser Soraya intercine Film mencoba untuk membuat sebuah film yang realistis dan mengajak penonton untuk jauh lebih bijak atau pandai dan tidak menimbulkan kebencian pada kelompok atau etnis atau agama tertentu. Sinetron yang arif dan bijak adalah sinetron yang cerdas dan mencerahkan.

Saya jadi ingat kata-kata teman dan guru saya sekaligus, Riza Pahlawan (mantan News Reader TVRI yang kini jadi dosen di sebuah kampus ilmu komunikasi dan broadcasting), bahwa hendaknyalah tontonan itu bisa dikategorikan sebagai sesuatu yang mencerahkan. Karena sekarang ini orang menonton televisi karena beberapa alasan, yakni "Killing Time", "Filling Time" dan "Spending Time".

Untuk tontonan yang bisa memberikan manfaat keilmuan, memberikan pencerahan, menambah pemahaman maka tonotnan itu bisa jadi masuk kategori "Spending Time" (Menghabiskan Waktu). Saya bersedia menyediakan waktu saya untuk saya habiskan demi tontonan yang amat berguna bagi saya.

Lalu, kalo tontonan yang sekadar informasi dan hiburan (mungkin infotainment atau informasi berita biasa) bisa dikategorikan sebagai "Filling Time" atau tontonan yang audiensnya bisa "mengisi waktu" jauh lebih bermanfaat saat bersamaan melakukan kegiatan lain yang bersamaan.

Nah celakanya adalah tontonan yang masuk kategori "Killing Time" dimana karena ketiadaan kerja atau kesibukan maka untuk membunuh waktu yang ada, maka menonton film atau sinetron adalah pilihan umum. Jadi bila sinetron sekelas INAYAH atau HAREEM (dan film sinetron sejenis yang sekarang ini lebih banyak pada jam tayang prima) dimasukkan dalam kategori untuk Killing Time (membunuh atau membuang waktu) maka tunggulah saatnya isi tontonan itu terakumulasi dalam memori otak kita dan meledak dalam bom waktu "Time To Kill".

Mengerti kan maksud saya... salahnya kita dalam membunuh waktu "To Kill Time" maka tunggulah saatnya otak kita untuk berubah jadi "Waktunya Membunuh" (Time to Kill). (hu'uh serem buanget...!)
Sidik Rizal

Kontak XAMthone Plus Bekasi (021)606.36235 - 081.385.386.583

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ChatBox

Popular Posts