English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Informasi berita tentang kandidat caleg, pemilukada dan pilpres di Indonesia - Kontak Redaksi: (021)271.01.381 - (021)606.36235, Hotline: 08787.882.1248 - 081.385.386.583

Korupsi jangan dijadikan budaya! Pilih pemimpin yang cinta rakyat, bukan cinta kekuasaan! Bagian Iklan Hubungi (021)27101381 - 081385386583


Monday, June 8, 2009

Memandang Hidup dari Kacamata Gue

Masa Sulit Mungkin Lebih Banyak dari Kemudahan,
Tapi Ternyata Cuma Sebentar Kok....!!!


Bisa dibayangin gak seh, kalau kita kadang merasa kenapa seh kesulitan selalu datang seperti nggak mau berhenti. Bener itu cuma ujian. Dan itu yang bikin manusia jadi lebih matang. Gue pernah konyol sekonyol-konyolnya orang konyol karena melalui masa sulit-sulit itu.


Gue jadi inget waktu gue masih kecil dulu. SD aja gue udah dijodoh-jodohin sama temennya adik gue Linda. Iyus namanya. Anaknya manis, tapi sepertinya gue waktu itu nggak ngerti gimana caranya suka sama cewek. Anehnya ya gue tahu aja dari adik gue Linda kalo Iyus katanya memang suka, tapi itulah konyolnya. Giliran ada yang mau sama gue, gue jadi kayak orang bloon. Lucunya, si Iyus punya mamang (adik dari orang tuanya) lebih tua setahun dari dia, dan di kemudian hari mamangnya itu jadi teman satu kelas gue di SMA. Gimana ceritanya? Nah inilah bagian unik dan konyol yang sebenernya gue nggak begitu suka amat, tapi harus diceritain juga.

Gue itu sebenarnya satu kelas sama adik gue Linda. Masalahnya bukan karena apa, tapi gue memang sewaktu pendaftaran nyokap mendaftarkan kami lebih awal dan nggak pake sekolah TK dulu, walaupun seingat gue, kayaknya gue pernah sekolah di Taman Indria. Dan itu sama kan sama TK. Satu lagi yang bikin gue agak minder, secara fisik tinggi badan gue nggak lebih tinggi dari adik gue yang bedanya cuma satu tahun. Terus karena nyokap yang pegawai negeri pajak, kerjaan pindah-pindah, jadi kontrakan pun pindah-pindah. Mulai saat bokap sebelum almarhum dan aku punya 4 orang adik yang selisih lahirnya cuma 1 tahun, kami tinggal di kontrakan kecil di daerah Kampung Duri Roxi.

Kemudian setelah meninggalnya bokap tercinta (waktu itu gue ama adik gue Linda doang kali yang ngerti kalo bokap bukan cuma pergi sebentar) karena beliau hobi berat sama rokok, (bayangin aja dalam seminggu bisa 1 atau 2 bos rokok distok sama nyokap), kami pun pindah ke Kemayoran, kontrakan bareng sama budeku, Bude Rup.

Jadi inget waktu itu, gue bandel banget. Karena nyokap untuk meringankan kebutuhan harian, harus buka dagangan warung kelontong. Biasalah jajanan-jajanan kecil gitu. Nah konyolnya dan gobloknya gue, itu barang dagangan habisnya bukan karena laku terjual, tapi kebanyakan gue ambilin secara diam-diam (hahahaha...!) dan saat itu nyokap juga punya pembantu, mbak Sainah, yang sering ngelarang gue ngambilin barang dagangan. Bahkan gue inget waktu itu saking keselnya aku yang baru kelas 2 SD, melempar mbak Sainah dengan gunting kecil dan lemparan gue tepat menancap di pintu rumah budeku. Gue mang nggak ada niat untuk nyakitin mbak Sainah, cuma sekadar gertakan sambel, tapi persitiwa itu dilaporin sama mbak Sainah, dan konsekwensinya gue diomelin habis sama nyokap. Dan lebih nggak nyaman lagi, nyokap berhenti nggak ngelanjutin dagang warung lagi. Semua gara-gara gue, otomatis sekarang gue nggak bisa ngerasain masa kecil dengan jajanan yang gue mau. Semua ini gara-gara gue sok pamer keahlian lempar gunting ke pintu.

Pengalaman di Kemayoran Gempol, di kontrakan rumah Bude gue itu juga yang ngajarin gue untuk jangan lari dari anjing galak. Abang gue sepupu pernah cerita, mas Toyo, kalau ada anjing, tnggal jongkok aja seolah-olah kita ambil batu atau apalah untuk menyerang dan mengusir si anjing galak. Dan itu gue alamin sewaktu gue ketemu anjing di Jembatan Miring Kemayoran. Tapi dasarnya anak kecil, gue sempet nangis dan teriak manggil nyokap... "Ibuuuuuuuuuu!!! walaupun tangan meraba-raba tanah mencari batu, sementara si anjing tetap saja menggongong di belakang punggungku, anehnya dia nggak gigit sama sekali. Cuma konyol aja kalau inget kejadian itu, apalagi sewaktu gue sadar, ternyata celana gue basah karena air kencing gue sendiri yang ketakutan banget. Huuuuuh, sebel banget tuh anjing!

Oh iya, gue harus ceritain sedikit, tentang codet yang gue dapetin sewaktu masa kecil gue di dagu kiri. Ceritanya gue berantem-beranteman sama temen gue, namanya Yudi. Dalam satu adegan silat-silatan itu, gue ceritanya gue naik ke punggung Yudi, terus gue dibanting. Seharusnya tangan gue memang pegangan kencang di bajunya Yudi, tapi karena licin oleh keringat yang kian mengucur deras, lepas dari baju kaos Yudi, dan gue jatuh dengan sukses dagu lebih dulu dan kedua siku tangan kemudian. Berdgu-dagu dulu, bersikut-sikut kemudian. Nggak sakit seh, tapi cukup bikin gue berlinangan air mata, tapi karena gengsi, gue tahan nggak nangis di depan Yudi. Baru setelah nyokap pulang gue nangis sekejer-kejernya, sambil cerita tentang "kepahlawanan" gue sama nyokap, kalo gue baru aja berkelahi habis-habisan. Nyokap cuma ngangguk-ngangguk tersenyum, dan ternyata ia sudah denger cerita versi sebenarnya dari mbak Sainah. Konyolnya gue nggak tahu waktu itu.... Bakat gue dari kecil tukang ngebual.

Di tahun berikutnya mau naik kelas 3 SD, sekeluarga nyokap berhasil beli rumah. Tepatnya nyokap dibelikan rumah oleh seorang pengusaha yang jatuh cinta sama nyokap gue yang memang lumayan cantik lah pada zamannya. Bayangin aja, nyokap baru sekitar 2 tahun jadi janda, semenjak kepindahan dari kontrakan Roxi, yang milik seorang Pengusaha, dan dikenal dengan panggilan Pak Haji Zaenudin. Pak Haji yang bukan saja pengusaha ulet, juga terkenal dermawan. Dia sering sekali datang mengunjungi ibu di rumah sepulang ibu kerja, dan gue inget banget, sering kali pak Haji Zaenudin membelikan kami sate kambing dan ayam hingga seratus tusuk. Waktu itu, mana ngerti gue tentang percintaan. Dan yang gue tahu, betapa besarnya cinta sang pengusaha mebeulair itu sama nyokap, sampe-sampe dia beliin rumah buat nyokap di Kemayoran Serdang. Dan itulah rumah milik nyokap yang pertama.

Tapi rupanya nasib memang menentukan lain. Akhirnya sang istri pak Haji tahu, tapi karena kelembutan hati dan juga mungkin salah satu kegigihan ibu menolak cinta pak Haji yang masih aja ngotot menawarkan hatinya ke nyokap, nyokap pun berkomunikasi dengan istri pak Haji, dan menceritakan masalah rumah pemberian itu. Karena dengan satu alsan, nyokap masih punya anak perempuan, adik gue Linda. Itulah yang dia sangat takutkan. Saat itu nyokap sering sekali baca berita di koran (Poskota kalau nggak salah) bahwa ada bapak tiri yang memperkosa anak istrinya. Karena ketakutan itulah, ibu beralasan tidak mau menikah lagi sampai kapanpun, semenjak meninggalnya bokap gue. Dan itulah yang bikin gue bangga dan sayang sama nyokap gue.

Akhirnya, setelah nyokap menceritakan masalah rumah pemberian dari pak Haji kepada istrinya. Bu Haji memberikan rumah itu kepada nyokap dengan syarat ibu tidak akan lagi bertemu dengan pak Haji. Bu Haji sendiri setelah itu langsung menemui suaminya untuk menyelesaikan masalah mereka. Semuanya senang, dan alhamdulillah ibu dapat rumahnya yang pertama. Bener kan gue bilang, hidup itu aneh dan kadang konyol kelihatannya, tapi tetap indah kan.

Oh iya, tadi gue belum cerita kenapa gue bisa satu kelas sama adik gue, kan? Ya itu tadi karena rumah belum ada satu pun yang milik sendiri, tapi kontrakan. Pindah sekolah ke SD Sumur Batu, Harapan Mulia jadinya gue sekelas sama adik gue, Linda.

Tentang adik-adik gue, mereka dititipkan sama simbah gue di Sirnoboyo, Kebumen, Jateng, Si kecil Farid sama Bude Mar. Dan akhirnya namanya diganti dengan nama Nur Rohmat, jadi lengkapnya Nur Rohamt Farid Syahrial. Adikku lainnya, Iskandar, diganti jadi Nur ISkandar Zulkarnain. Dan si bungsu Nurlaila, gara-gara tercebur ke dalam sumur, namanya diganti jadi Nur Hasanah, nyaris mirip nama kakaknya yang cewek Nur Haslinda. Lengkap sudah nama keluarga gue. Gue sendiri, tadinya dinamain bokap, Kelana Rizal, terus diganti sama simbah kakung gue, jadi Nur Sidik. Karena gue nggak mau ngilangin nama dari bokap, Makanya nama gue semenjak kelas 3 gue lengkapin, Nur Sidik Kelana Rizal. Tapi biar gampang diingat sering nama yang gue pake, dikrizal atau Sidik Rizal.

Kembali ke sekolah gue yang sekelas sama adik gue Linda. Ternyata, sifat nakal gue berangsur mulai berubah dan agak baikan, walau nggak hilang sama sekali. Saat ada kerja bhakti di sekolah, gue masih ingat banget, karena hari itu kerja bhakti di sekolah diadakan hari minggu, jadi otomatis nyokap bisa nemenin gue dan Linda ke sekolah. Saat lagi nyabut-nyabut rumput itulah gue lihat nyokap bercerita banyak sama guru SD gue yang jadi wali kelas gue. Sepertinya gue tahu kalau mereka sedang membahas, kenapa gue bisa satu kelas sama adik gue Linda.

Perasaan gue pun nggak enak, gimana nggak. Karena hampir setiap ada pe-er dari sekolah yang gue nggak pernah ngerjain, gue biasanya langsung nyontek dari adik gue Linda, pagi-pagi sekali. Itupun kadang nyolong-nyolong, karena biar bagaimanapun adik gue suka pelit nggak mau ngasih pe-ernya yang udah dikerjain di rumah.

"Namanya juga pe-er ya dikerjain di rumah dong, bukan di sekolah. Kalo di sekolah pasti namanya pe-es", gitu deh Linda sering ngomel dan ngeledek gue.

Bahkan kadang kalo ada ulangan, maka yang jadi sasaran obyek contekan gue, ya adik gue sendiri. Jadi tahu dong kenapa gue duduk satu bangku sama Linda? Gue emang oportunis dari kecil. Waktu itu sebenarnya gue punya masalah dengan penglihatan gue untuk lihat tulisan di papan tulisan, dan karena belum sempat pake kacamata, ya kalau lagi nyalin tulisan langsung dari samping kanan gue, Linda.

Akhirnya, datanglah waktu yang memang udah gue takutin semenjak peristiwa kerja bhakti, saat nyokap ngobrol sama wali kelas guru SD gue, Ibu Win. Ibu guru gue yang pertama kali bikin gue jatuh cinta. Di samping cantik, dia adalah gueru terlembut yang pernah gue ingat dan bikin gue betah belajar di sekolah. Lah gimana nggak, udah sering gue ketahuan nyontek sama Linda, terus sempat dia mergokin aku nyalin pe-er dari bukunya Linda. Tapi dia masih aja nggak ngomelin gue. Apalagi sewaktu dia sempet nanya ke gue, dan gue beralasan kalo gue nggak bisa lihat ke papan tulis, jadi selalu nyalin pe-er dari Linda.

"Dik, ibu mau ngasih tahu kamu. Setelah kenaikan kelas ini, ada yang mau ibu sampaikan. Mulai minggu depan, kamu sudah tidak sekelas lagi dengan adikmu Linda."

Gue pun langsung nangis termehek-mehek. Bahkan saking konyol dan ngehenya, gue bilang sama bu Guru, "Lalu nanti saya duduk sama siapa bu, kan nggak ada yang nemenin saya lagi buat nyalin tulisan dari papan tulis..." Padahal dalam hati gue waktu itu adalah "Gimana nanti gue bisa nyontek dan nyalin pe-er lagi?" Otomatis, abis itu, tangisku semakin mengeras, perlahan tapi pasti. Dasaaaaaaaaaaaaaar!

Bu Win pun nggak bisa menjelaskan, kecuali berkata yang nggak aku perhatiin sama sekali.
"Aneh si Sidik ini, kamu itu dinaikkan dua kelas. Kalau adikmu Linda naik ke kelas 4, kamu yah naik ke kelas 5, karena sebenarnya kamu itu pintar...!" jelasnya sambil geleng-geleng heran karena gue sibuk nangis sesenggukan takut kehilangan adik gue.

Jadi terjawab sudah, kenapa gue naik kelas dua tingkat kan. Bukan akrena aku pintar, tapi karena sat itu SDN Harapan Mulia, SUmur Batu masih sekolah baru, dan sebenarnya, gue sama Linda memang naik ke kelas 4, tapi karena kelas 5 nya masih kosong, belum banyak murid yang masuk, maka gue dipindahin ke kelas 5, ebrhubung gue lebih tua setahun dari adik gue. Jelas kan, kalo gue bukan pinter? Abis, cuan itu aja yang sering ditanya sama keluarga besar nyokap atau bokap, ekanapa gue naik kelas dua kali. Ampe bosan ngebahasnya, jadi saat mereka ngambil kesimpulan gue itu jenius, ya udah gue iyain aja... Gimana jenius, lah pe-er aja sama ulangan  sering nyontek sama adik gue Linda? Keluarga dan kesimpulan yang aneh!

(bersambung ke episode berikutnya......)

1 comment:

  1. huwa abi ismuhu abu bakarasshiddiq...qod tawaffa mundzu 1974 M....dia ayahku namanya abu bakarasshiddiq wafat pd th. 1974 ...photo ini hasil montase...kami mengambil gb. dengan keluarga pada th 80 an...nah yang pakai baju hijau itu ana...aslinya photo hitam putih...jadi seingat ana dulu pakai baju hijau jadi warnai hijau aja...dibuat ulang ini pada kira2 tahun 90 an lg seneng2nya belajar photoshop..alhamdulillah...

    Iskandar Zulkarnain http://www.facebook.com/profile.php?v=feed&story_fbid=201669048934&id=1377557887&comments

    ReplyDelete

Kontak XAMthone Plus Bekasi (021)606.36235 - 081.385.386.583

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ChatBox

Popular Posts