English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Informasi berita tentang kandidat caleg, pemilukada dan pilpres di Indonesia - Kontak Redaksi: (021)271.01.381 - (021)606.36235, Hotline: 08787.882.1248 - 081.385.386.583

Korupsi jangan dijadikan budaya! Pilih pemimpin yang cinta rakyat, bukan cinta kekuasaan! Bagian Iklan Hubungi (021)27101381 - 081385386583


Tuesday, September 30, 2008

Film kita masih didominasi Mafia Perfilman yang amoral

Masih dominannya film kacangan bertemakan percintaan yang menggambarkan kebodohan, pertentangan cinta dan bercampurnya dengan kebencian, kemusyrikan terselebung dengan kisah religi yang amat bodoh tampak jelas sekalipun dikemas dan disajikan saat-saat bulan suci, merupakan tanda bahwa dunia tontonan kita masih sangat menyedihkan.

Sebagai contoh film-film sinetron yang produksi grup pengusaha asal India, yang ditayangkan di beberapa stasiun TV (khususnya Indosiar. Dan entah kenapa Indosiar jadi begitu kurang kontrol sosial tayangannya. Saya kebetulan pernah bekerja di sana walau sebagai Graphic Designer di departemen kreatifnya) sungguh sangat terasa kejanggalan, dan pemaksaan ide yang tidak orisinal dan tak sesuai dengan relaita kehidupan. Apalagi unsur logika nalar alur cerita yang sangat kental nuansa HITAM PUTIHnya sungguh merupakan suatu contoh buruk sang pembuat film. Bagaimana mungkin dalam film-film itu (sebagai contoh film Kesabatan Jihan - Indosiar) kebaikan yang luar biasa dari seorang tokoh wanita shalehah (digambarkan sangat bodoh, seorang pembantu menggunakan jilbab yang sangat mewah dan kurang islami - atau memang karena ada maksud tertentu seperti menggambarkan plot orang muslimah yang sangat salah dan bodoh). Para penulis cerita dari Punjabi bersaudara memang kebanyakan menunjukkan kelasnya yang murahan dan tak berbobot cerita yang mendidik. Kadang tokoh jahat digambarkan dengan emosi yang sangat meledak-ledak dan terlalu JAHAT (nggak manusiawi bangaet atau memang menggambarkan sosok setan yang menjelma jadi manusia?). Kemudian sosok protagonisnya yang terlalu bersabar, sehingga ketika dizhalimi oleh majikannya dia hanya bisa terdiam pasrah, sementara di lain cerita si tokoh Jihan, sang pembantu (yang niatnya adalah sosok muslimah yang shaleh) pernah berkelahi dengan tokoh jahat laki-laki yang memukuli calon tunangannya atau pacarnya. (Bodoh sekali... emang ada dalam Islam istilah pacaran atau tunangan?)

Terbukti Punjabi bersaudara memang tidak mementingkan unsur tuntunan dalam setiap tayangan tontonan baik sinetron maupun film layar lebarnya. Paling prestasinya dari Punjabi bersaudara ini mungkin ketika mereka dihubung-hubungkan dengan film mereka yang berkaitan dengan "Ayat-ayat Cinta". Itupun baiknya adalah karena sang penulis novel Ayat-ayat Cinta yang fenomenal itu.

Sekarang kita lihat sinetron religius lainnya yang diproduksi oleh Punjabi, apa ada yang berkelas dan menunjukkan dakwah Islamiyah yang bagus dan bisa jadi tontonan buat anak kecil? Sejarah produksi film mereka sungguh semuanya sangat fantastis sekaligus memuakkan, mulai dari kisah takhayul Jin dan Tuyulnya yang digambarkan berperang demi membantu dan menyerang manusia. Sungguh lucu dan tidak logis. Pembodohan itu pun berlangsung, pada film-film mereka yang bertemakan genre aksi dan sejarah. Pada setiap adegan pertempuran tokoh-tokoh agama yang digambarkan bersorban dan berjenggot dan berjubah putih kadang tampak sangat sakti atau sangat tidak sakti. Bisa terbang dan melemparkan bola kilat api dari tangan kepada musuhnya. Hahahaha, dasar kemusyrikan dan khurafat serta takhayul sangat kental.

Mereka pun terkadang berkelit bahwa itu adalah unsur sinematik dengan maksud pengutan cerita saja. Hoeekkk!, kalu itu koentar saya, atas jawaban mereka. Apa mereka tidak sadar bahwa yang menonton televisi bukan semuanya orang dewasa atau pintar dan mengerti apa itu arti pengutan sinematik semata. Banyak dampak buruk dari film-film bodoh yang dibuat oleh produser kaya tapi tak mempunyai moral Islami itu.

Tulisan saya ini tidak bermaskud sara maupun menjelekkan kelompok tertentu, apalagi Punjabi grup. Bagi saya kalau memang film mereka yang umunya jelek, pantas dibilang jelek, kacangan dan layak disebut film SAMPAH. Walau ada satu-dua film yang bagus. tapi kalau dibandingkan dengan film-film katrok produksi mereka.

Sepertinya mereka tidak berkaca dengan kesuksesan film sinetron produksi Dedy Mizwar. Kiamat Sudah Dekat, Para Pencari Tuhan 1, 2. Atau kalaupun mereka mau membuat film khayalan dan science fiction, bisa dimulai dengan filmnya Dedy Mizwar lagi, yakni Lorong Waktu. (Saya tidak bilang bahwa semua filmnya Dedy Mizwar memang sangat luar biasa dan penuh dengan unsur tuntunan). Dedy Mizwar pun ada kekurangan, ketika dia membuat film Nagabonar jadi Dua, atau Nagabonar (reproduksi ulang), seolah ia mensahkan bahwa mencopet itu baik apabila.... Tap justifikasi pesan yang diterima pada akhir film justru adalah, mencopet itu tidak baik, seperti yang digambarkan tokohnya yang mantan pecopet dan berusaha tobat untuk menjadi pahlawan bangsa yang perduli pada kecintaannya terhadap bangsa, perempuan, anak dan orang tua.

Seandainya Punjabi bersaudara (atau produser perfilman lainnya termasuk mereka yang sekarang latah membuat film horor yang katrok, norak, porno dan gak ada pesan moral positifnya itu - paling pesan moral negatif aja) mau mencontoh dan berlomba membuat film dan sinetron yang bisa lebih bagus dari Para Pencari Tuhan - SCTV, atau paling tidak mereka bisa membuat sinetron yang menggambarkan kenyataan realita hidup keseharian seperti dan setara Suami-suami Takut Istri (TransTV), atau sinetron OB - RCTI, pasti semua orang akan memuji dan mengalihkan layar TV mereka ke sinetron produksi mereka. Dan tentunya para ulama dan tokoh masyarakat bahkan presiden akan merekomendasikan sinetron tersebut.

Namun saya masih sangat pesimis, baik Punjabi grup dan produser film lainnya bisa membuat film yang setara dengan film bertuntunan seperti yang saya sebut di atas, karena dalam dunia mereka sepertinya faktor profit yang kosong saja yang menjadi target. Kenapa bisa begitu, padahal menurut rating AC-Nielsen film-film Punjabi termasuk rating tinggi (hah?). Saya sungguh meragukan rating yang dikeluarkan oleh AC-Nielsen yang idelisme dan keakuratannya "mungkin" bisa dibeli dengan ratusan juta rupiah itu. Ya memang mencurigai lembaga rating film sinetron dari pihak swasta luar negeri itu tidak murni dan tidak berniat baik terhadap dunia hiburan di Indonesia. Dan Bila mereka menyatakan bahwa mereka melakukan survey rating dengan alat canggih atau metode apapun saya tidak melihat niat positif mereka memberikan rating tinggi dari film-film tak bermutu serta kacangan produksi Mafia Pengusaha Prudction House.

Seperti saat saya berdiskusi dengan rekan saya yang seorang bintang dan selebritis, Joehana Soetisna (Project P). Dia pernah mengatakan, insan perfilman kita memang sedang beradu kuat dengan dunia mafia perfilman dan sinetron. Mereka sangat menguasa pasar dan lembaga survey serta instansi terkait karea dukungan finansial yang kuat, tapi masalah idealisme untuk memberikan wacana dan pendidikan kepada masyarakat luas atau rakyat Indonesia, mereka itu (para mafia) tampaknya halus lembut dan hangat tapi bau busuk dan menjijikkan seperti tahi kucing yang baru keluar. Sungguh analagi yang tepat menggambarkan mafia dunia perfilman dan pertelevisian kita.

Belum lagi para sineas muda dan para selebritis muda kita yang kadar takaran moralitas dan akhlaqnya tidak bisa dibanggakan, sepertinya sebagian kecil mereka ada yang mencoba ingin menyisipkan kebebasan berekspresi dengan menyusupkan tayangan pornografi dalam film dengan alsan seni dan keutuhan cerita. Sebagian dari mereka menginginkan agar Lembaga Sensor Film ditiadakan dan digantyi dengan Lembaga Klasifikasi Film. Ada semangat Liberalisme dalam pernyataan dan demo mereka beberapa waktu yang lalu. Sayang sekali.

Saya berani menjamin film-film seperti Para Pencari Tuhan 1,2 yang mencapat respon sangat positif dari sebagian besar orang Indonesia baik yang di dalam negeri hingga yang di luar negeri akan menjadi langkah awal dan tanda bahwa bangsa ini masih mempunyai kesempatan untuk berbebah diri dan semoga saja Tuhan tidak jadi mengutuk dan mengajab bangsa ini karena cara berfikirnya sudah seperti orang baik yang ada di film PPT 1,2. Semoga kebaikan, kepasrahan, keselamatan, dan Keadilan serta kesejahteraan menjadi kemenangan di bumi Indonesia, dan film-film kacangan, katrok dan amoral lekas hilang dan hancur dari muka bumi Nusantara ini. Amin.

No comments:

Post a Comment

Kontak XAMthone Plus Bekasi (021)606.36235 - 081.385.386.583

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ChatBox

Popular Posts